pondasidalam analisa struktur. c) Standar yang dipakai untuk pendetailan struktur adalah SNI 2847-2013. d) Standar Peraturan gempa yang dipakai adalah SNI 1726-2012. 2.1.2 Konsep Perencanaan Struktur Bangunan Tahan Gempa Agar struktur-struktur bangunan dapat berdeformasi maksimum, maka perlu perancangan STRUKTUR ANALISIS DAN PERANCANGAN; STRUKTUR BETON. BALOK; KOLOM; PELAT; TANGGA; STRUKTUR BAJA; STRUKTUR KAYU; BETON PRACETAK; BETON PRATEGANG; GEMPA; PERKUATAN STRUKTUR; PUSHOVER ANALYSIS PADA BANGUNAN TAHAN GEMPA MENGGUNAKAN SOFTWARE MIDAS GEN. 4 Agustus 2022. Dalammerencanakan bangunan tahan gempa perletakan jepit selalu ditempatkan pada permukaan tanah. Ha ini berarti basement, pondasi, dan tanah dimodelkan terpisah. Padahal pada kenyataannya suatu struktur bangunan terdiri dari stuktur atas, basement, pondasi dan tanah mengalami interaksi yang saling mempengaruhi yang disebut interaksi tanah dan struktur. Dataperencanaan, dalam tahap ini terdiri dari deskripsi umum bangunan, denah dan sistem struktur bangunan, wilayah gempa dimana bangunan berada, data pembebanan, data tanah, mutu bahan yang digunakan, metode analisis dan desain struktur, standar dan referensi yang dipakai dalam perencanaan. 2. Preliminary Design KonstruksiTahan Gempa. 1. Sistem Bangunan. TUJUAN PENELITIAN . 1. Mencari, mempelajari, menganalisis konstruksi yang dimiliki oleh Rumah Tradisional Suku Besemah . 2. Mengenal dan mempelajari tentang teori konstruksi bangunan tahan gempa . 3. Menganalisa resitensi konstruksi yang dimiliki oleh Rumah Tradisional Suku Besemah terhadap gempa. 4. periode1,751 detik. hasil analisis terhadap ketidakberaturan struktur torsi dan torsi berlebih diharapkan akan tercipta bangunan yang tahan gempa sehingga dapat . Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free KRITERIA DASAR PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN TAHAN GEMPA 1 Agus Bambang Siswanto, 2 M Afif Salim, 1 2Dosen Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Email agus_bambang_iswanto Abstrak Beban gempa merupakan beban yang sangat tidak dapat diperkirakan baik besarnya, arahnya, maupun saat terjadinya. Besarnya beban gempa yang bekerja pada struktur bangunan, tergantung dari banyak variabel. Gaya horisontal, gaya vertikal dan momen torsi yang terjadi akibat gempa pada struktur, sangat tergantung pada berat dan kekakuan material struktur, konfigurasi dan sistem struktur, periode atau waktu getar struktur, kondisi tanah dasar, wilayah kegempaan, serta perilaku gempa itu sendiri. Agar beban gempa pada struktur bangunan yang diperhitungkan tidak terlalu besar dan arahnya cukup dapat diperkirakan, serta distribusi beban gempa dapat dilakukan dengan cara yang sederhana, maka ketentuan yang perlu diperhatikan dalam perencanaan struktur bangunan di daerah rawan gempa adalah tata letak dari struktur, perencanaan kapasitas dengan konsep strong column – weak beam, serta pendetailan yang baik dari elemen-elemen struktur. Dengan memenuhi persyaratan-persyaratan di atas, maka dapat diharapkan perencanaan struktur di daerah rawan gempa dapat dilakukan dengan cara yang sederhana, aman, dan ekonomis. Kata Kunci beban gempa, material struktur, sistem struktur, static, dinamic Pendahuluan Banyak kejadian menunjukkan bahwa kesalahan di dalam memilih konfigurasi struktur, jenis material yang digunakan, serta sistem struktural dari bangunan, dapat mengakibatkan kerusakan bahkan kehancuran secara menyeluruh dari struktur bangunan tersebut, akibat pembebanan berulang yang disebabkan oleh pengaruh gempa. Hal ini disebabkan karena struktur bangunan tidak mempunyai kinerja dan respon yang baik pada saat terjadi gempa, serta tidak mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh beban gempa yang bersifat dinamik, meskipun telah dilakukan prosedur perencanaan struktur tahan gempa. Agar perencanaan struktur dapat dilakukan dengan cara analisis statik yang sederhana, tanpa melakukan prosedur analisis dinamik yang rumit, serta perilaku struktur diharapkan mempunyai kinerja yang baik pada saat terjadi gempa, maka sangat penting untuk mengatur tata letak dari struktur bangunan. Beberapa kriteria dasar yang dapat dipakai sebagai acuan untuk merencanakan tata letak struktur bangunan di daerah rawan gempa adalah • Struktur bangunan harus mempunyai bentuk yang sederhana, kompak dan simetris • Struktur bangunan tidak boleh terlalu langsing, mempunyai kekakuan yang cukup. • Distribusi dari massa, kekakuan dan kekuatan disepanjang tinggi bangunan diusahakan seragam dan menerus. • Elemen-elemen vertikal dari struktur kolom harus dibuat lebih kuat dari elemen-elemen horisontal dari struktur balok, agar sendi plastis terbentuk terlebih dahulu pada balok- balok strong column – weak beam. Analisis Struktur Terhadap Beban Gempa Prosedur analisis yang paling sederhana dan yang langsung dapat digunakan untuk menentukan pengaruh dari beban gempa terhadap struktur bangunan adalah prosedur analisis statik. Analisis statik hanya boleh dilakukan untuk struktur-struktur bangunan dengan bentuk yang sederhana dan beraturan atau simetris, yang tidak menunjukkan perbandingan yang menyolok dalam perbandingan antara berat dan kekakuan pada tingkat-tingkatnya. Prosedur analisis statik ini hanyalah suatu cara pendekatan yang menirukan pengaruh dinamik dari beban gempa yang sesungguhnya. Untuk struktur-struktur bangunan gedung lainnya yang tidak begitu mudah untuk diperkirakan perilakunya terhadap pengaruh gempa struktur dengan bentuk yang tidak beraturan, harus di analisis dengan prosedur analisis dinamik. Struktur-struktur bangunan yang beraturan, dapat juga dianalisis dengan prosedur analisis dinamik jika diinginkan. a. Pengaruh Beban Gempa Horisontal Pengaruh beban gempa horisontal dapat bekerja pada masing-masing arah dari sumbu utama bangunan, atau pada kedua arah sumbu utama dari struktur bangunan secara bersamaan. Pengaruh bekerjanya beban gempa secara bersamaan pada kedua arah sumbu utama, dapat sangat membahayakan kekuatan struktur. Kombinasi pembebanan yang perlu ditinjau untuk merencanakan kekuatan dari kolom-kolom struktur adalah Beban gravitasi + 100% beban gempa arah X + 30% beban gempa arah Y Beban gravitasi + 30% beban gempa arah X + 100% beban gempa arah Y Kombinasi pembebanan yang menghasilkan keadaan yang paling berbahaya bagi kolom-kolom struktur dan elemen-elemen vertikal struktur penahan gempa seperti dinding geser shear wall, dinding inti core wall, yang digunakan untuk perencanaan. b. Pengaruh Beban Gempa Vertikal Selain percepatan gerakan tanah pada arah horisontal, pada saat terjadi gempa terdapat juga percepatan gerakan tanah berarah vertikal. Gerakan tanah kearah vertical ini dapat mengakibatkan pengaruh beban gempa berarah vertikal yang bekerja pada struktur bangunan. Meskipun dari beberapa pengalaman gempa menunjukkan mekanisme ini, tapi sampai saat ini respon dari struktur bangunan terhadap gerakan tersebut belum banyak diketahui. Pada umumnya, tinjauan perencanaan struktur terhadap pengaruh beban gempa arah vertikal ini dapat diabaikan, dengan anggapan bahwa elemen-elemen dari struktur telah direncanakan berdasarkan beban gravitasi beban mati dan beban hidup yang arahnya vertikal ke bawah. Analisis respon dinamik yang sesungguhnya dari unsur-unsur struktur tersebut terhadap gerakan vertikal tanah akibat gempa sangat rumit, karena terjadi interaksi antara respon elemen dengan respon struktur secara keseluruhan. Analisis terhadap unsur-unsur dari struktur bangunan ini dapat dilakukan secara sederhana dengan meninjau pengaruh dari percepatan vertikal tanah akibat gempa, sebagai beban gempa vertikal statik ekuivalen. Beban vertikal statik ekuivalen yang harus ditinjau bekerja ke atas atau ke bawah, besarnya dihitung sebagai perkalian antara Faktor Respon Gempa vertikal Cv dengan beban gravitasi, termasuk beban hidup yang sesuai. Faktor Respon Gempa vertikal Cv dapat dihitung menurut persamaan Cv = . dimana koefisien bergantung pada Wilayah Gempa tempat struktur bangunan berada. Besarnya harga untuk koefisien adalah 0,5 sampai 0,8. Am adalah percepatan tanah maksimum, dan I adalah Faktor Keutamaan struktur bangunan. Komponen vertikal gerakan tanah akibat gempa relatif akan semakin besar, jika semakin dekat dengan pusat gempa dari lokasi yang ditinjau. karena itu, semakin tinggi kegempaan suatu wilayah gempa, semakin dekat wilayah tersebut dengan sumber gempa, maka koefisien  nilainya akan meningkat. Perhitungan beban gempa kearah vertikal akibat pergerakan tanah, tidak tergantung pada waktu getar alami dan tingkat daktilitas struktur. c. Pengaruh Beban Gravitasi Vertikal. Beban gravitasi vertikal pada struktur bangunan dapat terdiri dari kombinasi antara beban mati dan beban hidup. Beban-beban hidup yang bekerja pada struktur bangunan pada umumnya dapat direduksi pada saat dilakukan analisis beban gempa pada struktur tersebut, tujuan mereduksi beban hidup ini adalah untuk mendapatkan desain struktur yang cukup ekonomis. Beban Gempa Statik Ekuivalen Analisis perancangan struktur bangunan terhadap pengaruh beban gempa secara statik, pada prinsipnya adalah menggantikan gaya-gaya horisontal yang bekerja pada struktur bangunan akibat pengaruh pergerakan tanah yang diakibatkan gempa, dengan gaya-gaya statik yang ekuivalen. Pada struktur gedung beraturan akan berperilaku sebagai struktur 2D, respons dinamik ragam fundamentalnya adalah sangat dominan, sehingga respons dinamik ragam-ragam lainnya dianggap dapat diabaikan. Kemudian, berhubung struktur gedung tidak terlalu tinggi yaitu kurang dari 10 tingkat atau 40 m, maka bentuk ragam fundamental dapat dianggap mengikuti garis lurus. Dengan dua anggapan penyederhanaan ini, respons dinamik dari struktur bangunan gedung beraturan dapat ditampilkan seolah-olah sebagai akibat dari suatu beban gempa statik ekuivalen. Analisis perancangan struktur bangunan terhadap pengaruh beban gempa secara statik, adalah menggantikan beban-beban horisontal yang bekerja pada struktur bangunan akibat pengaruh dinamik pergerakan tanah yang diakibatkan gempa, dengan beban- beban statik yang ekuivalen, tujuannya untuk menyederhanaan prosedur perhitungan. Prosedur analisis statik yang sering digunakan pada praktek perencanaan struktur bangunan gedung, adalah Analisis Beban Gempa Nominal Statik Ekuivalen. Pada metode ini diasumsikan bahwa gaya horisontal akibat gempa yang bekerja pada suatu elemen struktur, besarnya ditentukan berdasarkan perkalian antara suatu koefisien atau konstanta, dengan berat atau massa dari elemen-elemen struktur tersebut. Analisis Beban Gempa Nominal Statik Ekivalen merupakan metode pendekatan dari sifat-sifat dinamik yang sebenarnya dari beban gempa yang bekerja pada struktur. Struktur- struktur yang tidak begitu mudah untuk diperkirakan perilakunya terhadap beban gempa, struktur-struktur dengan tinggi tingkat lebih dari 40 meter, atau struktur-struktur gedung yang tidak beraturan dengan ketinggian tingkat kurang dari 40 meter, harus dianalisis dengan prosedur analisis dinamik. Besarnya beban Gempa Nominal statik ekuivalen yang digunakan untuk perencanaan struktur ditentukan oleh tiga hal, yaitu oleh besarnya Gempa Rencana, oleh tingkat daktilitas yang dimiliki struktur, dan oleh nilai faktor tahanan lebih yang terkandung di dalam struktur. Berdasarkan pedoman gempa yang berlaku di Indonesia yaitu Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Rumah dan Gedung SNI 03-1726-2002., besarnya Beban Gempa Nominal V yang bekerja pada struktur bangunan, ditentukan menurut persamaan V = C .I Wt R Dimana, I adalah Faktor Keutamaan Struktur, C adalah nilai Faktor Respon Gempa yang didapat dari Respon Spektrum Gempa Rencana untuk waktu getar alami fundamental struktur T, dan Wt ditetapkan sebagai jumlah dari beban mati ditambah beban hidup yang direduksi. R adalah Faktor Reduksi Gempa yang besarnya tergantung dari besarnya tingkat daktilitas struktur. Untuk struktur bangunan gedung yang berperilaku elastik penuh harga R=1,6, sedangkan untuk bangunan gedung yang berperilaku daktail penuh harga R=8,5. Pada struktur bangunan gedung bertingkat, beban gempa horisontal V, untuk selanjutnya didistribusikan pada setiap tingkat dari struktur bangunan gedung. Besarnya gaya gempa yang bekerja pada masing-masing tingkat dari bangunan gedung tergantung dari berat dan ketinggian tingkat. Beban gempa yang bekerja pada struktur bangunan merupakan gaya inersia. Besarnya gaya inersia ini tergantung dari banyak faktor. Berat atau massa bangunan dan percepatan gempa merupakan faktor yang paling utama. Faktor-faktor lainnya yang juga mempengaruhi besarnya beban gempa pada struktur adalah bagaimanan cara massa dari bangunan tersebut terdistribusi, kekakuan dari sistem struktur bangunan, kondisi tanah di dasar bangunan, mekanisme redaman pada struktur bangunan, dan perilaku dari getaran gempa. Faktor yang terakhir ini paling sulit ditentukan secara tepat karena sifatnya yang acak random. Gerakan tanah yang ditimbulkan oleh getaran gempa dapat berperilaku tiga dimensi. Pada umumnya, hanya gerakan tanah kearah horisontal saja yang ditinjau di dalam perencanaan struktur. Periode atau waktu getar struktur yang besarnya dipengaruhi oleh massa dan kekakuan struktur, merupakan faktor penting yang mempengaruhi respon struktur terhadap getaran gempa. Struktur yang kaku dengan periode getar yang pendek, misalnya struktur portal dengan dinding geser, akan menerima beban gempa yang lebih besar dibandingkan struktur yang fleksibel dengan periode getar yang panjang, misalnya struktur portal biasa. Penggunaan dinding geser pada sistem struktur sering tidak dapat dihindari, khususnya pada bangunan-bangunan tinggi atau pada bangunan-bangunan yang didirikan di wilayah atau zona gempa yang berat. Fungsi dari dinding geser disini adalah untuk membatasi besarnya simpangan horisontal yang terjadi pada struktur. a. Waktu Getar Struktur Untuk keperluan analisis pendahuluan, waktu getar alami T dari struktur bangunan gedung dalam detik dapat ditentukan dengan rumus empiris sebagai berikut  Untuk struktur-struktur bangunan gedung yang berbentuk portal tanpa unsur pengaku dinding geser/ shear wall atau bracing yang membatasi simpangan T empiris = 0,085 H 0,75 untuk portal baja T empiris = 0,060 H 0,75 untuk portal beton  Untuk struktur-struktur bangunan gedung lainnya T empiris = 0,009 H/ B 0,5 dimana H adalah ketinggian dari struktur bangunan gedung dalam meter di ukur dari taraf penjepitan lateral, dan B adalah panjang dari denah struktur bangunan dalam arah gempa yang ditinjau dalam meter. Setelah didapatkan gaya-gaya gempa pada struktur dengan menggunakan T empiris, waktu getar sebenarnya dari struktur gedung beraturan dalam arah masing-masing sumbu utama dapat dihitung ulang dengan menggunakan Rumus Rayleigh. Waktu getar alami fundamental dari struktur bangunan gedung ditentukan dengan rumus- rumus empirik atau didapat dari hasil analisis vibrasi bebas 3 dimensi, nilainya tidak boleh menyimpang lebih dari 20% dari nilai waktu getar struktur yang dihitung dengan Rumus Rayleigh. b. Pembagian Beban Gempa Pada Struktur Beban Gempa Nominal Statik Ekuivalen V akibat gempa harus didistribusikan di sepanjang tinggi tingkat gedung menjadi beban-beban horisontal terpusat Fi, yang bekerja pada masing-masing lantai tingkat. Taraf penjepitan lateral adalah taraf dimana gerakan tanah akibat gempa dipindahkan dari tanah kepada struktur atas bangunan melalui struktur bawahnya. Dalam analisis, struktur atas dapat dianggap terjepit pada taraf penjepitan lateral. Jika terdapat basement, taraf penjepitan lateral dapat dianggap terjadi pada taraf lantai dasar. Jika tidak ada basement, taraf penjepitan lateral dapat dianggap terjadi pada bidang telapak pondasi langsung atau pondasi rakit, dan pada bidang atas pile cap pondasi tiang. Pembagian beban gempa statik ekuivalen V horisontal, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut  Jika perbandingan antara tinggi struktur dan lebar denah bangunan adalah sama atau melebihi 3, maka 0,10 V harus dianggap sebagai beban horisontal terpusat yang bekerja pada pusat massa lantai puncak bangunan, sedangkan 0,90 V sisanya harus dibagikan menjadi beban-beban horisontal terpusat menurut rumus di atas.  Untuk cerobong yang berdiri di atas tanah, 0,20 V harus dianggap sebagai beban horisontal terpusat yang bekerja pada puncaknya, sedangkan 0,80 V sisanya harus dibagikan menjadi beban-beban horisontal terpusat menurut rumus di atas.  Untuk tangki di atas menara, beban horisontal terpusat sebesar V harus dianggap bekerja pada titik berat seluruh struktur menara dan tangki berikut isinya. Prosedur Analisis Dinamik Analisis dinamik pada perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa dilakukan jika diperlukan evaluasi yang lebih akurat dari distribusi gaya-gaya gempa yang bekerja pada struktur bangunan gedung, serta untuk mengetahui perilaku dari struktur akibat pengaruh gempa yang sifatnya berulang atau dinamik. Pada struktur bangunan gedung yang tinggi atau struktur bangunan gedung dengan bentuk atau konfigurasi yang tidak beraturan, analisis dinamik diperlukan untuk mengevaluasi secara akurat respons dinamik yang terjadi dari struktur. Analisis dinamik perlu dilakukan pada struktur-struktur bangunan gedung dengan karakteristik sebagai berikut  Gedung-gedung dengan konfigurasi struktur sangat tidak beraturan  Gedung-gedung dengan loncatan-loncatan bidang muka yang besar  Gedung-gedung dengan kekakuan tingkat yang tidak merata  Gedung-gedung yang tingginya lebih dari 40 meter Posedur analisis dinamik yang dapat digunakan untuk menentukan besarnya beban gempa pada struktur seperti yang tercantum di dalam standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Rumah dan Gedung SNI 03-1726-2002, adalah metode Analisis Ragam Spektrum Respon Spectral Modal Analysis dan Analisis Respon Dinamik Riwayat Waktu Time History Analysis. Nilai akhir dari respons dinamik struktur bangunan gedung terhadap pembebanan gempa dalam suatu arah tertentu, tidak boleh diambil kurang dari 80% nilai respons ragam yang pertama. Bila respons dinamik struktur gedung dinyatakan dalam gaya gempa V, maka persyaratan tersebut dapat dinyatakan menurut persamaan berikut V  0,8 V1 dimana V1 adalah Beban Gempa Nominal. a. Analisis Ragam Spektrum Respons Analisis Ragam Spektrum Respon pada umumnya dapat dipakai untuk menentukan respon elastis dari struktur bangunan tidak beraturan dengan Banyak Derajat Kebebasan yang didasarkan pada kenyataan bahwa respon suatu struktur merupakan superposisi dari respon masing-masing ragam getarnya. Masing-masing ragam getar memberikan respon dengan sifat- sifatnya tersendiri, seperti bentuk simpangan dan frekuensi getaran. Untuk Perhitungan respons dinamik struktur gedung tidak beraturan terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh Gempa Rencana, dapat dilakukan dengan metoda Analisis Ragam Spektrum Respons dengan memakai Spektrum Respons Gempa Rencana yang nilai ordinatnya dikalikan faktor koreksi I/R, dimana I adalah Faktor Keutamaan, sedangkan R adalah Faktor Reduksi Gempa dari struktur gedung yang bersangkutan. Dalam hal ini, jumlah ragam getar yang ditinjau dalam penjumlahan respons ragam menurut metoda ini harus sedemikian rupa, sehingga partisipasi massa dalam menghasilkan respons total harus mencapai sekurang- kurangnya 90%. Penjumlahan respons ragam getar untuk struktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu-waktu getar alami yang berdekatan, harus dilakukan dengan metoda yang dikenal dengan Kombinasi Kuadratik Lengkap Complete Quadratic Combination atau CQC. Waktu getar alami harus dianggap berdekatan, apabila selisih nilainya kurang dari 15%. Untuk struktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu getar alami yang berjauhan, penjumlahan respons ragam tersebut dapat dilakukan dengan metoda yang dikenal dengan Akar Jumlah Kuadrat Square Root of the Sum of Squares atau SRSS. Gaya gempa nominal akibat pengaruh Gempa Rencana sepanjang tinggi struktur gedung hasil dari Analisis Ragam Spektrum Respons dalam suatu arah tertentu, harus dikalikan nilainya dengan suatu Faktor Skala Faktor Skala = 0,8 V1  1 Vt dimana V1 adalah gaya gempa sebagai respons dinamik yang pertama saja dan Vt adalah gaya gempa yang didapat dari hasil analisis ragam spektrum respons yang telah dilakukan. b. Analisis Respons Dinamik Riwayat Waktu Perhitungan respons dinamik struktur bangunan gedung tidak beraturan terhadap pengaruh Gempa Rencana, dapat dilakukan dengan metoda analisis dinamik berupa Analisis Respons Dinamik Riwayat Waktu yang bersifat linier atau non-linier dengan suatu akselerogram gempa yang diangkakan sebagai gerakan tanah masukan. Untuk Analisis Respons Dinamik Linier Riwayat Waktu terhadap pengaruh Gempa Rencana pada taraf pembebanan gempa nominal, percepatan muka tanah asli dari gempa masukan harus diskalakan ke taraf pembebanan gempa nominal tersebut, sehingga nilai percepatan puncaknya A menjadi A = Ao I R dimana Ao adalah Percepatan Puncak Muka Tanah, R adalah Faktor Reduksi Gempa dari struktur yang bersangkutan, sedangkan I adalah Faktor Keutamaan dari struktur bangunan. Nilai-nilai Ao, I, dan R tercantum didalam standar gempa. Dalam analisis ini redaman struktur yang harus diperhitungkan dapat dianggap 5% dari redaman kritis. Untuk mengkaji perilaku pasca-elastik struktur gedung terhadap pengaruh Gempa Rencana, harus dilakukan Analisis Respons Dinamik Non-linier Riwayat Waktu, dimana percepatan muka tanah asli dari gempa masukan harus diskalakan, sehingga nilai percepatan puncaknya menjadi sama dengan AoI. Akselerogram gempa masukan yang ditinjau harus diambil dari rekaman gerakan tanah akibat gempa yang didapat di suatu lokasi yang mirip kondisi geologi, topografi dan seismotektoniknya dengan lokasi tempat struktur gedung yang ditinjau berada. Untuk mengurangi ketidakpastian mengenai kondisi lokasi ini, paling sedikit harus ditinjau 4 buah akselerogram dari 4 gempa yang berbeda.. Berhubung gerakan tanah akibat gempa pada suatu lokasi tidak mungkin dapat diperkirakan dengan tepat, maka sebagai gempa masukan dapat juga dipakai gerakan tanah yang disimulasikan. Parameter-parameter yang menentukan gerakan tanah yang disimulasikan ini antara lain terdiri dari waktu getar predominan tanah, konfigurasi spektrum respons, jangka waktu gerakan dan intensitas gempanya. c. Ragam Getar Struktur Pada perhitungan distribusi beban gempa dengan cara analisis dinamik, struktur bangunan gedung biasanya dimodelkan dengan berat atau massa setiap tingkat dipusatkan pada bidang lantainya. Pemodelan massa bangunan seperti ini disebut model massa terpusat, yang bertujuan untuk mengurangi jumlah derajat kebebasan yang terdapat pada struktur. Sebagai contoh, pada Gambar diperlihatkan struktur bangunan gedung 5 lantai yang dimodelkan sebagai bangunan geser dengan massa-massa terpusat pada bidang lantainya. Struktur mendapat pengaruh gempa pada tanah dasar a b Gambar 1. Model struktur bangunan gedung untuk analisis dinamik a. Model struktur portal. b. Model massa terpusat Dari hasil analisis dinamik untuk 3 ragam getar mode shape, didapatkan waktu getar T dari struktur bangunan gedung adalah T1 = 1,16 detik, T2 = 0,46 detik, dan T3 = 0,31 detik. Ragam getar dari struktur diperlihatkan pada Gambar 2. Ragam 1 Gambar 3. Ragam getar mode shape dari struktur bangunan gedung 5 lantai Pemilihan Cara Analisis Di dalam standar perencanaan struktur terhadap gempa pada umumnya dicantumkan konsep dari prosedur analisis statik maupun analisis dinamik. Pemilihan metode analisis yang akan digunakan untuk perencanaan suatu struktur bangunan ditentukan berdasarkan bentuk atau konfigurasi dari struktur bangunan, serta fungsi dari bangunan yang bersangkutan. Pada analisis respon dari struktur terhadap gempa, semakin teliti prosedur perhitungan yang digunakan, akan semakin handal dan ekonomis struktur bangunan yang direncanakan, selain itu perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain, ukuran dan bentuk struktur, kepentingan dan kegunaan struktur, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan kondisi tanah dasar dan wilayah kegempaan. Untuk keperluan analisis perencanaan gempa dari struktur bangunan yang berukuran sedang atau menengah, dapat dilakukan prosedur analisis statik dengan metode Analisis Beban Gempa Nominal Statik Ekuivalen. Disarankan untuk memeriksa gaya-gaya gempa yang bekerja pada struktur dengan menggunakan Spektrum Respon Gempa Rencana yang sesuai dengan wilayah gempa serta kondisi tanah dasar dimana struktur bangunan tersebut akan didirikan. Untuk struktur bangunan yang besar dan cukup penting, analisis perencanaan terhadap pengaruh gempa tidak cukup hanya dilakukan dengan analisis statik saja, tetapi harus menggunakan prosedur analisis dinamik untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Metode analisis dinamik yang sering digunakan dalam praktek perencanaan struktur adalah metode Analisis Ragam Spektrum Respon. Analisis dinamik perlu dilakukan pada struktur-struktur dengan karakteristik bangunan gedung dengan konfigurasi struktur sangat tidak beraturan, bangunan gedung dengan kekakuan tingkat yang tidak merata. Selain Analisis Ragam Spektrum Respon, analisis dinamik dapat juga dilakukan dengan metode Analisis Respon Dinamik Linier Riwayat Waktu. Untuk struktur bangunan yang sangat besar atau struktur yang sangat penting, selain analisis dinamik yang bersifat elastis, kadang- kadang diperlukan juga analisis dinamis yang bersifat inelastis dengan metode Analisis Respon Dinamik Non-linier Riwayat Waktu untuk memastikan bahwa struktur tersebut cukup aman terhadap pengaruh gempa kuat. Untuk keperluan analisis dinamis, struktur bangunan dimodelkan sebagai bangunan geser dengan sistem massa-massa yang terpusat lumped-mass model, dengan tujuan untuk mengurangi jumlah derajat kebebasan yang ada pada struktur. Model massa terpusat dapat menyederhanakan prosedur perhitungan. Kriteria Dasar Perencanaan Pada tahap awal dari perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa, konfigurasi dari denah bangunan, material struktur dan bentuk atau sistem struktur, harus ditentukan terlebih dahulu yang akan mempengaruhi tahap selanjutnya dari prosedur perencanaan struktur bangunan tahan gempa. Material-material untuk struktur bangunan, mempunyai sifat atau karakteristik yang berlainan dalam menerima pengaruh beban gempa yang bersifat dinamik, oleh karena itu meterial dari struktur harus dipilih sedemikian rupa sehingga didapatkan sistem struktur yang ekonomis dan cukup aman terhadap pengaruh beban-beban yang bekerja selama umur rencananya. Yang perlu diperhatikan oleh seorang perencana struktur di dalam merancang struktur tahan gempa adalah bahwa, bentuk atau konfigurasi struktur akan berpengaruh terhadap respons statik maupun respons dinamik dari struktur, di dalam menerima beban gempa a. Material Struktur Dari sudut pandang rekayasa sipil terhadap perencanaan struktur bangunan tahan gempa, beberapa kriteria atau persyaratan yang harus dipunyai oleh material dari struktur agar mampu untuk menahan pengaruh beban gempa adalah antara kekuatan dan berat dari material struktur, harus cukup besar Karena beban gempa yang bekerja pada suatu struktur bangunan merupakan gaya inersia yang besarnya dipengaruhi oleh berat atau massa struktur dan percepatan gempa, maka akan lebih menguntungkan jika digunakan material konstruksi yang ringan tetapi kuat, sehingga intensitas gaya gempa yang bekerja pada struktur dapat berkurang. struktur harus mempunyai kemampuan untuk berdeformasi bersifat daktail. Material struktur yang mempunyai kemampuan berdeformasi plastis serta mempunyai sifat daktilitas yang tinggi, akan mempunyai ketahanan yang baik terhadap pengaruh beban gempa yang bersifat bolak-balik, karena material struktur ini mempunyai tingkat pemencaran energi gempa yang baik. Sifat daktilitas dapat membatasi besarnya gaya gempa yang bekerja pada struktur. Semakin besar sifat daktilitas dari material yang digunakan pada struktur, maka akan semakin besar pula tingkat pemencaran energi yang dipunyai oleh sistem struktur tersebut, sehingga gaya gempa yang bekerja atau masuk ke dalam struktur akan semakin kecil. degradasi kekuatan dan degradasi kekakuan dari material struktur, harus cukup rendah Material-material struktur, khususnya material untuk elemen-elemen struktur yang difungsikan menahan beban gempa, sedapat mungkin harus digunakan material yang mempunyai sifat degradasi kekakuan serta degradasi kekuatan yang rendah di bawah pengaruh beban gempa yang berulang. Degradasi adalah pengurangan kekuatan dan kekakuan dari suatu material akaibat beban berulang. Kekuatan dan Kekakuan Agar didapatkan respons dinamik yang baik dari struktur pada saat terjadi gempa. maka perlu diusahakan agar konfigurasi dari sistem struktur yang meliputi ukuran dan jenis material yang digunakan, harus mempunyai kekuatan serta kekakuan yang seragam, baik dalam arah vertikal maupun arah horizontal bangunan. Sambungan antara elemen-elemen struktural, harus direncanakan lebih kuat dari pada elemen-elemen yang disambung, agar kerusakan struktur akibat gempa tidak terjadi pada sambungan. yang ekonomis Di dalam perencanaan struktur bangunan tahan gempa perlu diusahakan pemilihan material dengan harga yang cukup ekonomis, tetapi dari segi structural atau dari segi kekuatan dapat dipertanggungjawabkan. b. Jenis Struktur Perilaku dari elemen-elemen struktur bangunan terhadap pengaruh gempa tidak dapat dievaluasi hanya dari segi material saja. Faktor-faktor lain seperti kontinuitas sambungan, keseragaman kekakuan, dan detail struktural, harus ikut pula diperhitungkan di dalam mengevaluasi sistem struktur secara keseluruhan, agar tahan terhadap pengaruh gempa. Secara umum tingkat ketahanan suatu sistem struktur bangunan terhadap pengaruh beban gempa dapat diklasifikasikan sebagai berikut 1. Struktur Baja Steel Structure Struktur baja sangat sesuai digunakan untuk bangunan bertingkat tinggi highrise building, karena material baja mempunyai kekuatan serta tingkat daktilitas yang tinggi dibandingkan dengan material-material struktur lainnya. Sifat daktail diperlukan agar struktur mampu mengalami deformasi atau perubahan bentuk secara daktail dengan cara memencarkan energi gempa dan membatasi gaya gempa yang masuk ke dalam struktur. Selain itu material baja mempunyai kekuatan tarik dan kekuatan tekan yang sama besar, sehingga sangat sesuai digunakan sebagai elemen struktur yang memikul beban dinamik yang berarah bolak-balik. 2. Struktur Komposit Composite Structure Struktur komposit merupakan struktur gabungan yang terdiri dari dua jenis material atau lebih. Pada umumnya struktur komposit yang sering dipergunakan adalah kombinasi antara baja struktural dengan beton bertulang. Di dalam menerima pembebanan gempa, struktur komposit menunjukkan perilaku yang baik karena struktur ini mempunyai sifat-sifat dari struktur baja dan struktur beton bertulang. 3. Struktur Kayu Wooden Structure Struktur kayu merupakan struktur dengan ketahanan yang cukup baik terhadap pengaruh gempa, dan merupakan struktur yang ringan dan mampu menyerap banyak energi gempa sebelum runtuh. Kelemahan dari struktur kayu ini adalah tidak tahan terhadap kebakaran. 4. Struktur Beton Bertulang Reinforced Concrete Structure Struktur beton bertulang merupakan struktur yang paling banyak digunakan atau dibangun orang dibandingkan dengan jenis struktur yang lainnya. Struktur beton bertulang lebih murah dan lebih monolit dibandingkan dengan struktur baja maupun struktur komposit., maka struktur ini mempunyai perilaku yang baik di dalam memikul beban gempa. Untuk mendapatkan hal ini , maka di dalam perancangan struktur beton bertulang tahan gempa, perlu diperhatikan adanya detail penulangan yang baik dan benar. 5. Struktur Beton Pracetak Precast Concrete Structure Struktur beton dengan elemen-elemen struktural yang terbuat dari elemen-elemen pracetak, umumnya ketahanan terhadap pengaruh gempa kurang baik. Evaluasi terhadap respon statik maupun respon dinamik dari struktur beton pracetak yang tersusun dari elemen- elemen pracetak berbentuk batang balok atau kolom lebih sulit diperhitungkan, dibandingkan dengan struktur beton pracetak yang tersusun dari elemen berbentuk panel dinding atau pelat. bagian yang terlemah pada sistem struktur ada pada sambungan dan sering mengalami kerusakan atau kegagalan pada saat terjadi gempa. Beton Prategang Prestress Concrete Structure Penggunaan sistem prategang pada suatu elemen struktur beton, akan berakibat kurang menguntungkan pada kemampuan berdeformasi dari sistem struktur tersebut secara keseluruhan, dan akan mempengaruhi karakteristik respon dari struktur terhadap pengaruh beban gempa. Elemen struktur beton prategang mempunyai sifat daktilitas yang lebih rendah dibandingkan elemen struktur beton bertulang biasa, sehingga struktur beton prategang mempunyai sifat penyerapan energi gempa yang kurang baik. Pasangan Bata Mansory Structure Struktur pasangan bata yang diperkuat memiliki ketahanan yang baik terhadap beban gempa dengan melakukan prosedur perancangan serta pelaksanaan konstruksi yang baik dan benar. misalnya dengan memasang perkuatan dari baja. DAFTAR PUSTAKA Afif Salim, M., Agus Bambang Siswanto, 2018, REKAYASA GEMPA, K-Media, Yogyakarta Agus Bambang Siswanto, Bambang Wuritno, Maria Elizabeth, 2017. Structure Design of Parking Building Sunter Park View Apartment with the Equivalent Static Analysis Method, International Journal of Civil Engineering and Technology, 812, pp. 703-717. Delfebriyadi, 2010, Rekayasa Gempa Teknik Sipil, CV. Ferila., Padang Departemen Pekerjaan Umum, 2004, “Pemeriksaan Awal Kerusakan Bangunan Beton Bertulang Akibat Gempa”, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung. Hartuti, 2009, Buku Pintar Gempa, DIVA Press, Yogyakarta Nawy, E. G., 1990, Beton Bertulang, PT. Eresco, Bandung. Pawirodikromo, W., 2012, Seismologi Teknik dan Rekayasa Kegempaan, Pustaka Pelajar., Yogyakarta Siswanto, Agus Bambang, 2016, Modul Kuliah Rekayasa Gempa, Untag Semarang SNI 03-1726-2002, 2002, ”Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung”. ... Pembangunan vertikal ini menuntut keamanan dan ketahanan bangunan dalam menahan akibat gempa Mangare et al., 2020. Kriteria gaya gempa terhadap struktur, dipengaruhi oleh massa, kekakuan, dan redaman dari struktur bagunan tersebut Siswanto, 2018. Dalam perkembangan ini saat gempa terjadi, kenyamanan dari pengguna gedung tinggi diutamakan Rosyid, 2012. ...Fakhry Ajie HidayatWilayah perkotaan saat ini mengalami perkembangan, contohnya bangunan serta gedung tinggi dibangun saling berdekatan. Untuk mempermudah mobilisasi antar gedung diperlukan jembatan penghubung antar bangunan. Sehingga High Rise Building, selain dituntut akan kekuatan strukturnya, akan tetapi juga kenyamanan bagi pengguna di dalamnya. Penelitian ini akan mempelajari simpangan antar lantai dari bangunan tunggal dan bangunan ganda Fixed Base dan Base Isolation pada struktur bangunan. Analisa yang digunakan pembebanan gempa dengan desain respon spektrum di sesuaikan dengan kondisi di Jakarta, time history analisis yang digunakan dari sumber rekaman gempa Chi-chi Taiwan. Software yang digunakan dalam penelitian ini adalah Etabs versi 17. Ketinggian bangunan yang dikaji 40 lantai dengan total ketinggian 141 m. Letak jembatan pada lantai 25. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan gaya dalam geser dan momen pada bangunan yang menggunakan base isolation. Hal tersebut terjadi pada lantai atas yang mengalami penurunan simpangan antar lantai pada bangunan yang menggunakan base isolation. Sehingga pengguna di dalamnya akan relatif lebih nyaman apabila terjadi gempa.... Indonesia merupakan daerah rawan gempa dikarenakan berada di antara empat lempeng tektonik aktif, sehingga perencanan pembangunan gedung tahan gempa sangat penting dilakukan dengan mempertimbangkan gaya gempa yang akan terjadi Yosafat A. 2006 Beban gempa merupakan beban yang tidak dapat diperkirakan dengan pasti baik arahnya, waktunya maupun kekuatannya. Pengaruh beban gempa pada struktur tergantung pada gaya horizontal dan gaya vertical, sedangkan untuk momen torsi yang dipengaruhi oleh kekakuan struktur bangunan, jenis tanah dasar, dan juga konfigurasi denah yang digunakan Agus Bambang S. 2018 Minimnya lahan yang ada di Indonesia mengakibatkan penentuan denah harus menyesuaikan dan memaksimalkan lahan yang ada, sehingga banyak gedung yang terpaksa menggunakan denah tidak beraturan. Pengaruh gaya gempa terhadap suatu gedung dengan denah beraturan akan berbeda dengan gedung tidak beraturan misalnya pada nilai simpangan dan simpangan antar lantai Hotmal L Purba, 2014. ...Abdul KholidPerbedaan variasi denah dalam pembangunan suatu gedung diakibatkan minimnya lahan yang ada sehingga bentuk denah didesain untuk memaksimalkan pengggunaan lahan. perbedaan variasi ini memiliki dampak terhadap perilaku gedung tersebut setelah terkena gaya gempa terutama pada gedung lantai tinggi. Pada penelitian ini dilakukan analisan perbandingan perilaku struktur pada gedung 6 lantai dengan 3 tiga variasi permodelan yakni denah beraturan Model 1 dan denah tidak beraturan berbentuk “L” dengan nilai reduksi 0,25% Model 2 dan nilai reduksi 0,4% Model 3. Perilaku struktur yang dianalisa dalam penelitian ini adalah besar nilai periode, nilai simpangan displacement dan nilai simpangan antar lantai story drift. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa gedung dengan denah beraturan Model 1 lebih stabil dibandingkan Model 2 dan Model 3 dengan nilai periode sebesar 1,663 s, nilai simpangan displacement maksimum 0,602543 mm dan nilai simpangan antar lantai story drift maksimum sebesar 0,61435 mm, sedangkan pada denah tidak beraturan Model 2 memiliki nilai periode sebesar 1,957 s, nilai simpangan displacement maksimum 0,681990 mm dan nilai simpangan antar lantai story drift maksimum sebesar 0,64093 mm kemudian denah tidak beraturan Model 3 memiliki perilaku paling tidak stabil dengan nilai periode sebesar 1,962 s, nilai simpangan displacement maksimum 0,64093 mm dan nilai simpangan antar lantai story drift maksimum sebesar 0,657736... This is considered necessary, due to earthquake site factors based on the latest Indonesian earthquake hazard map [18]. In addition, it will affect the response of the earthquake acceleration spectrum during the analysis process of high-rise buildings [19,20]. ...... Dilatasi Arah X dan Dilatasi Arah Y Dari keterangan Tabel 1, diketahui bahwa gaya geser gempa akibat penempatan dilatasi arah Y mengalami penurunan lebih besar dibandingkan dengan dilatasi arah X dengan persentase pada arah X sebesar 42% dan pada arah Y sebesar 38%. Hal ini disebabkan penempatan dilatasi arah X pada bangunan T hanya membagi pusat massa bangunan menjadi 2 bagian 2 model bangunan, sedangkan penempatan dilatasi arah Y dapat membagi pusat massa bangunan menjadi 3 bagian 3 model bangunan yang mengakibatkan bangunan dengan dilatasi arah Y memiliki berat bangunan yang lebih kecil dibandingkan dengan dilatasi arah X. Dalam perencanaan beban geser dasar gempa dengan metode FDB, besarnya gaya geser dasar gempa sangat dipengaruhi oleh faktor berat bangunan Siswanto, dan Salim, 2018. Semakin berat struktur bangunan tersebut semakin besar pula beban geser gempa yang diterima. ... Lilis TiyaniAmaliaRezki Nur FadlliJonathan SaputraThe placement of dilation in the building structure with horizontal irregularity causes a different response to the structure during an earthquake, because the structure is divided into several individual structures that stand alone so that they are different from the original structure. The proper placement of the dilation in a building will reduce the risk of collapse of the building during an earthquake as well potentially making structures simpler and more efficient. This study uses the design analysis method to compare the earthquake shear force, structural response, and internal forces in the structure due to the placement of the X-direction and Y-direction Dilatation. greater than the X direction dilatation, which is 42% in the X direction and 38% in the Y direction. The deviation that occurs in the Y direction dilation is greater than the X direction dilatation. X, but the internal force due to the Y direction of dilation on the beam is greater than the X direction dilation placement. So that the use of the Y direction dilation is slightly better than the use of the X direction dilatation in several things, such as the earthquake force and the inner force on the smaller column.... Pada kegiatan tersebut tim pengabdian menjelaskan bahwa besarnya beban gempa yang bekerja pada struktur bangunan, bergantung dari banyak variabel. Gaya horizontal, gaya vertical, dan momen torsi yang terjadi akibat gempa pada struktur sangat bergantung pada berat dan kekakuan material struktur, konfigurasi dan sistem struktur, periode atau waktu getar struktur, kondisi tanah dasar, wilayah kegempaan, serta perilaku gempa itu sendiri Siswanto dan Salim, 2018. Ketua, pengurus, dan anggota PPL Mukti Mulia menyatakan sangat puas terhadap rancangan dan pelaksanaan pengabdian ini. ...Wahyu WidodoSudarja SudarjaPesantren Pemberdayaan Lansia Mukti Mulia PPL MM Bakungan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman saat ini bermaksud membangun pondok inap. Akan tetapi kompetensi para pengurus dalam hal teknik bangunan masih sangat kurang. Di sisi lain, halaman PPL MM belum memiliki area panggung. Seluruh halaman masih dengan ketinggian yang sama, sehingga tidak representative untuk pemateri pengajian, instruktur senam, maupun untuk pentas anak-anak PAUD. Tujuan dari pengabdian ini adalah tersedianya area panggung yang dikeraskan dengan paving block serta tersusunnya gambar bangunan pondok inap. Program ini dilaksanakan dengan tahapan koordinasi tim pengabdian dengan pengurus PPL MM, pendampingan penyusunan gambar denah dan gambar 3D untuk pondok inap bangunan 2 lantai, pendampingan penyusunan RAB, penyiapan area panggung pengurugan, persiapan pavingisasi, pemasangan paving block, serah terima barang, penyusunan laporan, dan publikasi. Seluruh aktifitas yang dirancang berjalan dengan lancar. Di halaman PPL MM saat ini terdapat area panggung seluas 64 m2, dengan elevasi 40 cm terhadap permukaan halaman, serta diperkeras dengan paving block. Di samping itu, juga sudah didapatkan gambar rencana pembangunan pondok inap, berupa gambar denah 2 dimensi dan gambar 3 dimensi. Bangunan adalah Gedung 2 lantai dengan luas tapak bangunan sekitar 150 m2. Seluruh pengurus dan anggota PPL MM merasa sangat puas terhadap proses dan hasil pengabdian ini.... Pembangunan vertikal ini menuntut keamanan dan ketahanan bangunan dalam menahan akibat gempa Mangare et al., 2020. Kriteria gaya gempa terhadap struktur, dipengaruhi oleh massa, kekakuan, dan redaman dari struktur bagunan tersebut Siswanto, 2018. Dalam perkembangan ini saat gempa terjadi, kenyamanan dari pengguna gedung tinggi diutamakan Rosyid, 2012. ...Fakhry Ajie HidayatWilayah perkotaan saat ini mengalami perkembangan, contohnya bangunan serta gedung tinggi dibangun saling berdekatan. Untuk mempermudah mobilisasi antar gedung diperlukan jembatan penghubung antar bangunan. Sehingga High Rise Building, selain dituntut akan kekuatan strukturnya, akan tetapi juga kenyamanan bagi pengguna di dalamnya. Penelitian ini akan mempelajari simpangan antar lantai dari bangunan tunggal dan bangunan ganda Fixed Base dan Base Isolation pada struktur bangunan. Analisa yang digunakan pembebanan gempa dengan desain respon spektrum di sesuaikan dengan kondisi di Jakarta, time history analisis yang digunakan dari sumber rekaman gempa Chi-chi Taiwan. Software yang digunakan dalam penelitian ini adalah Etabs versi 17. Ketinggian bangunan yang dikaji 40 lantai dengan total ketinggian 141 m. Letak jembatan pada lantai 25. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan gaya dalam geser dan momen pada bangunan yang menggunakan base isolation. Hal tersebut terjadi pada lantai atas yang mengalami penurunan simpangan antar lantai pada bangunan yang menggunakan base isolation. Sehingga pengguna di dalamnya akan relatif lebih nyaman apabila terjadi gempa.... Beban yang bekerja pada struktur gedung khususnya pada gedung dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu beban vertikal dan beban horizontal [9]. Beban vertikal adalah beban gravitasi yang terdiri dari beban mati, beban hidup [10]. Sedangkan beban horizontal adalah beban yang diakibatkan oleh beban angin dan beban gempa [11]. ...Pada perencanaan struktur gedung, perhitungan beban lateral akibat gempa sangat diperlukan. Analisis respons spektrum adalah cara analisa hubungan antara periode struktur bangunan dengan nilai percepatan bangunan ketika terkena gempa. Analisa statik ekuivalen biasa digunakan pada struktur bangunan yang tidak terlalu tinggi, dimana pengaruh beban pada struktur dianggap sebagai beban statik horisontal akibat pergerakan tanah. Penelitian ini menggunakan objek gedung perkuliahan di Universitas Semarang dengan metode dinamikrespon spektrum dan static ekuivalen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keamanan gedung akibat beban gempa menurut SNI perencanaan ketahanan gempa 1726;2019 dengan nilai base shear, displacement, story drift, dan pengaruh P-delta menggunakan program ETABS Hasil analisis gedung perkuliahan universitas semarang dinyatakan aman dengan base shear dinamik respons spektrum tidak kurang dari 100% gempa static, displacement maksimal dengan nilai 44 mm, nnilai story drift semua lantai masih dibawah limit sebesar 46,154 mm, maka struktur gedung perkuliahan masih dalam kategori aman terhadap beban yang bekerja. Pengaruh p-delta dalam penelitian ini diabaikan karena koefisien batas tiap lantai kurang dari 0, Giynasiar FatahAhmad RidwanSigit WinartoBuilding construction is an object of a certain part of a building. Planning an earthquake-resistant building structure, one of the methods used is the Intermediate Moment Bearer Frame System SRPMM. Based on SNI 03-1726-2012, SNI 03- 2847-2013, and SNI 1727-2013. In modeling made using SAP 2000 V20. The planning of the Permata Indah building, which is in Nganjuk Regency, is reviewed using static equivalent and response spectrum. The moment-bearing frame system is when the components and joints resist bending, shear, and axial forces. In this case, the moment-bearing frame system has a concept on the ductile portal structure system for joints or joints between columns and plastic beams. The calculated structural part is a floor plate that uses evenly distributed loads in trapezoidal loads and triangular loads; beam and column systems use concrete with analysis and calculation using the SAP 2000 V20 program. 9-D16 stirrup reinforcement Ø10-80, beam size 20cm x 25cm with main reinforcement 6-D16 stirrup Ø10-90, column size 30 cmx55 cm with main reinforcement 10- D16 stirrup 3 Ø10-110, practical column 15cm x 15cm 10 -D19 stirrup 3 Ø10-110, x and y-direction plate size Ø10-150 and Ø10-150. Konstruksi bangunan merupakan suatu obyek dari bagian tertentu dari suatu bangunan. Perencanaan struktur bangunan tahan gempa, salah satu metode yang digunakan adalah Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah SRPMM. Berdasarkan SNI 03-1726-2012, SNI 03-2847-2013, dan SNI 1727-2013. Dalam pemodelan dibuat dengan menggunakan SAP 2000 V20. Perencanaan gedung Permata Indah yang berada di Kabupaten Nganjuk ditinjau dengan menggunakan statik ekuivalen dan spektrum respon. Sistem rangka bantalan momen adalah ketika komponen dan sambungan menahan gaya lentur, geser, dan aksial. Dalam hal ini sistem rangka bantalan momen mempunyai konsep pada sistem struktur portal daktail untuk sambungan atau sambungan antar kolom dan balok plastik. Bagian struktural yang dihitung adalah pelat lantai yang menggunakan beban merata pada beban trapesium dan beban segitiga; Sistem balok dan kolom menggunakan beton dengan analisa dan perhitungan menggunakan program SAP 2000 V20. Tulangan sanggurdi 9-D16 Ø10-80, ukuran balok 20cm x 25cm dengan tulangan utama sanggurdi 6-D16 Ø10-90, ukuran kolom 30 cmx55 cm dengan tulangan utama sanggurdi 10-D16 3 Ø10- 110, kolom praktis 15cm x 15cm 10 -D19 sanggurdi 3 Ø10-110, pelat searah x dan y ukuran Ø10-150 dan Ø10-150. Agus Bambang SiswantoBambang WuritnoMaria ElizabethParking building Tower C, Project Sunter Park View Apartment is a public facility that serves as a parking garage. This building consists of 4 floors including the roof plate with a typical floor plan for each level. Floor to floor elevation is 3 meters height, so the total height of the building reach 9 meters height less than 40 meters height. Parking building structure Rekayasa Gempa Teknik SipilDelfebriyadiDelfebriyadi, 2010, Rekayasa Gempa Teknik Sipil, CV. Ferila., PadangPemeriksaan Awal Kerusakan Bangunan Beton Bertulang Akibat GempaUmum Departemen PekerjaanDepartemen Pekerjaan Umum, 2004, "Pemeriksaan Awal Kerusakan Bangunan Beton Bertulang Akibat Gempa", Departemen Pekerjaan Umum, Teknik dan Rekayasa Kegempaan, Pustaka PelajarW PawirodikromoPawirodikromo, W., 2012, Seismologi Teknik dan Rekayasa Kegempaan, Pustaka Pelajar., YogyakartaStandar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan GedungAgus SiswantoBambangSiswanto, Agus Bambang, 2016, Modul Kuliah Rekayasa Gempa, Untag Semarang SNI 03-1726-2002, 2002, "Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung". Buku ini merupakan rangkaian materi yang telah dan akan digunakan sebagai bahan dalam perkuliahan di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Jember khususnya bagi yang menempuh mata kuliah Rekayasa Gempa dan Dinamika Struktur. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free... Gempa bumi yang terjadi di Indonesia dan di dunia telah menyebabkan jutaan korban jiwa, keruntuhan dan kerusakan ribuan infrastruktur serta bangunan, dan dana trilyunan rupiah untuk rehabilitasi dan rekonstruksi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia, 2010. Untuk meminimalkan akibat yang ditimbulkan oleh gempa dapat berupa 1 penyediaan peralatan keadaan darurat emergency, 2 tempat tinggal atau bangunan yang tahan gempa, dan 3 prediksi terhadap gempa Krisnamurti, 2009. ... Parmo ParmoRepairing the Strength and Ductility of Reinforced Concrete Column That Got Earthquake using Glass Fiber Reinforced Polymer. This study aims to identify the additional strength and ductility of reinforced concrete columns after being retro- fitted using glass fiber reinforced polymer GFRP and got the brunt of the earthquake. This study uses two objects tested columns, which are being tested for three times. Each column size is 350 x 350 x 1100 mm with f'c = MPa and fy = MPa. The testing is performed by giving a constant axial load of 748 kN and cyclic lateral load using control displacement method in order to simulate the brunt of earthquake. The results show an increase in lateral capacity of column by Retrofitting the column with GFRP has a ductile property, which is shown by the increase of the displacement ductility by and curvature ductility by Gempa bumi yang terjadi di Indonesia dan di dunia telah menyebabkan jutaan korban jiwa, keruntuhan dan kerusakan ribuan infrastruktur serta bangunan, dan dana trilyunan rupiah untuk rehabilitasi dan rekonstruksi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia, 2010. Untuk meminimalkan akibat yang ditimbulkan oleh gempa dapat berupa 1 penyediaan peralatan keadaan darurat emergency, 2 tempat tinggal atau bangunan yang tahan gempa, dan 3 prediksi terhadap gempa Krisnamurti, 2009. ...Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penambahan kekuatan dan daktilitas kolom beton bertulang setelah diretrofit menggunakan glass fiber reinforced polymer GFRP dan mendapat beban gempa. Penelitian ini menggunakan benda uji dua buah kolom dengan tiga kali pengujian. Masing-masing ukuran kolom 350 x 350 x 1100 mm dengan f’c = 20,34 MPa dan fy = 549,94 MPa. Pengujian dilakukan dengan memberikan beban aksial konstan 748 kN dan beban lateral siklik yang menggunakan metode displacemet control untuk mensimulasikan beban gempa. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kapasitas lateral pada kolom sebesar 43,96%. Retrofit kolom dengan GFRP bersifat daktail yang ditunjukkan dengan meningkatnya daktilitas perpindahan sebesar 129,14% dan daktilitas kurvatur sebesar 118,27%.... Gempa bumi yang terjadi di Indonesia dan di dunia telah menyebabkan jutaan korban jiwa, keruntuhan dan kerusakan ribuan infrastruktur serta bangunan, dan dana trilyunan rupiah untuk rehabilitasi dan rekonstruksi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia, 2010. Untuk meminimalkan akibat yang ditimbulkan oleh gempa dapat berupa 1 penyediaan peralatan keadaan darurat emergency, 2 tempat tinggal atau bangunan yang tahan gempa, dan 3 prediksi terhadap gempa Krisnamurti, 2009. ...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penambahan kekuatan dan daktilitas kolom beton bertulang setelah diretrofit menggunakan glass fiber reinforced polymer GFRP dan mendapat beban gempa. Penelitian ini menggunakan benda uji dua buah kolom dengan tiga kali pengujian. Masing-masing ukuran kolom 350 x 350 x 1100 mm dengan f’c = 20,34 MPa dan fy = 549,94 MPa. Pengujian dilakukan dengan memberikan beban aksial konstan 748 kN dan beban lateral siklik yang menggunakan metode displacemet control untuk mensimulasikan beban gempa. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kapasitas lateral pada kolom sebesar 43,96%. Retrofit kolom dengan GFRP bersifat daktail yang ditunjukkan dengan meningkatnya daktilitas perpindahan sebesar 129,14% dan daktilitas kurvatur sebesar 118,27%.... Each column size is 350 x 350 x 1100 mm with f'c = 20. 34 Krisnamurti, 2009. ...The city development in Indonesia is more oriented to the overground space and this is because the urban population has increased significantly and it is incomparable with the land available in the cities. The number of high-rise buildings and skyscrapers also marks this phenomenon. However, high-rise buildings and skyscrapers have the potential to be vulnerable to the earthquake hazard in Indonesia particularly those located at the high risk seismic regions. In the design of seismic resistant buildings, there are two important aspects required to be considered, namely strength and ductility. The deformation capability and better innovative reinforcement connection become primary consideration in the design of seismic resistant structures. From the tensile tests of reinforcing steel bars with clamps, it is shown that D13 bars has the yield and ultimate tensile strengths of and MPa, respectively, with the maximum load of 4,757 kg and the maximum elongation of 40%. As for the D16 bars, the yield and ultimate tensile strengths of and 327 605 MPa, respectively, with the maximum load of 6,717 kg and the elongation of 32%. In the study, two pieces of steel clamps were tested, it is found that to obtain better results there is a need to increase the number and improve the quality of material of the steel Wahyu AnggraeniErno Widayanto Dwi NurtantoMost of Indonesia area is an earthquake- prone region. This is caused by the confluence of three major plates world that are subduction. Indo-Australian Plate colliding with the Eurasian plate off the coast of Sumatra, Java and Nusa Tenggara, while the Pacific plate in northern Guinea and North Maluku. In the vicinity of the meeting location this plate collision energy accumulated in the form of earthquake. The quake destroyed much of the multi-storey buildings that do not have adequate strength. Therefore , the higher the building, the greater the effects of the earthquake were received by the building. One way to acquire resistance to earthquake response was to add rigidity to a building. How to obtain the stiffness of a building is to install bracing for high-rise buildings. The purpose of this analysis was conducted to determine usage behavior particularly bracing displacement. The Results of this analysis showed a reduction in horizontal deviation of the building due to the addition of frame bracing. The difference in the percentage of horizontal deviation without bresing building and building using bresing X is While the difference in the percentage of horizontal deviation without order bresing building and building using bresing V is pushover analysis , bracing, displacement,earthquake AbstrakSebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah rawan gempa. Hal ini disebabkan oleh pertemuan tiga lempeng utama dunia yang bersifat subdaksi. Lempeng Indo- Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusa Tenggara, sedangkan lempeng Pasific di utara Irian dan Maluku Utara. Di sekitar lokasi pertemuan lempeng ini akumulasi energi tabrakan terkumpul sehingga lepas berupa gempa bumi. Gempa banyak menghancurkan bangunan- bangunan bertingkat yang tidak mempunyai kekuatan yang memadai. Oleh karena itu, semakin tinggi bangunan maka semakin besar pula efek gempa yang diterima oleh bangunan tersebut. Salah satu cara untuk memperoleh ketahanan terhadap respon gempa adalah menambah kekakuan pada suatu bangunan. Cara memperoleh kekakuan suatu bangunan adalah dengan memasang pengekang bracing untuk bangunan tinggi. Tujuan dari analisa ini dilakukan untuk mengetahui perilaku pemakaian bracing khususnya displacement. Hasil dari analisa ini menunjukkan terjadinya pengurangan simpangan horizontal gedung karena adanya penambahan rangka bracing. Selisih presentase simpangan horizontal gedung tanpa bresing dan gedung dengan menggunakan bresing X adalah 82,519%. Sedangkan selisih presentase simpangan horizontal gedung tanpa rangka bresing dan gedung dengan menggunakan bresing V adalah 64,904%.Kata kunci analisa pushover , bracing, displacement, gempa Tavio TavioPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui penambahan kekuatan dan daktilitas kolom beton bertulang setelah diretrofit menggunakan glass fiber reinforced polymer GFRP dan mendapat beban gempa. Penelitian ini menggunakan benda uji dua buah kolom dengan tiga kali pengujian. Masing-masing ukuran kolom 350 x 350 x 1100 mm dengan f’c = 20,34 MPa dan fy = 549,94 MPa. Pengujian dilakukan dengan memberikan beban aksial konstan 748 kN dan beban lateral siklik yang menggunakan metode displacemet control untuk mensimulasikan beban gempa. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kapasitas lateral pada kolom sebesar 43,96%. Retrofit kolom dengan GFRP bersifat daktail yang ditunjukkan dengan meningkatnya daktilitas perpindahan sebesar 129,14% dan daktilitas kurvatur sebesar 118,27%.ResearchGate has not been able to resolve any references for this publication.

analisis struktur bangunan tahan gempa